Memilih pemimpin yang tidak memiliki nafsu kekuasaan, tapi memiliki rasa tanggung jawab kepemimpinan 

 

MANDAILING NATAL (SUMUT) ANTARANEWS86.COM //-

Oleh : H. Syahrir Nasution SE. MM.

Maka berkatalah FIR’AUN : “ Aku adalah Tuhanmu yang paling tinggi” ( Qs. Al Naziat. 24.).

 

Ajaran Agama ISLAM, Kepemimpinan (Leadership) dan Kekuasaan ( Power ) adalah suatu / sebuah AMANAH yang harus Di pertanggung Jawabkan baik kepada ummat manusia ataupun kepada Allah Swt.

 

Dalam sebuah Hadits dijelaskan bahwa: “ ALLAH akan bertanya kepada setiap Pemimpin , Apakah dia sudah menjalankan tugas dan tanggung jawab Kepemimpinannya atau dia telah menyia nyiakan tugas dan tanggung jawab tersebut “, ( HR. Ibnu Hibban ).

 

Suatu Amanah dapat dijalankan dengan baik, jika si penerima Amanah mendapatkannya dengan penuh kesadaran akan tugas dan tanggung jawab tersebut.

 

Oleh karena seorang Pemimpin (Leader) disamping berbeda dengan “ PENGUASA “, bukan harus memiliki KEBERANIAN dalam Kepemimpinan nya saja, tapi ada syarat yang lebih dari seorang pekerja , pegawai , dan orang biasa.

 

Disamping syarat KEBERANIAN DAN KEILMUAN, KEPAKARAN SERTA ADANYA MANAGERIAL SKILL yang dimilki, ada lagi syarat lainya yang juga penting dimilki oleh serang Pemimpin yaitu, syarat “ Tidak mudah tergiur oleh pengaruh HAWA NAFSU” , baik nafsu Duniawi, nafsu Kekayaan, nafsu Kekuasaan dan lain sebagainya.

 

Sebab jika , seseorang Pemimpin hanya memilki syarat KEPEMIMPINAN DZHAHIR saja, tanpa memilki syarat KEPEMIMPINAN BATHIN , maka Kepemimpinannya itu akan digunakannya untuk mencari NAFSU SERAKAH , baik nafsu Kekayaan ataupun nafsu Kekuasaan.

 

Oleh sebab itu sejak dini , Rasulullah Muhammad mengantisipasi ummatnya: “ JANGAN SAMPAI MEMILIH PEMIMPIN yang sejak awalnya sudah “ MENUNJUKKAN NAFSU KEKUASAAN DAN SERAKAH “ dalam dirinya.

 

Bahkan Rasulullah bersabda : JANGANLAH ENGKAU MEMINTA KEKUASAAN , sebab jika engkau diberikan tanpa meminta atau “ MENGEMIS “ suatu Kekuasaan maupun JABATAN , maka engkau akan Ditolong Allah .

 

Justeru itu Peringatan Rasullullah ini bermakna : Bahwa memilih seorang Pemimpin mulai dari lapisan atas sampai jenjang bawah , jangan KARENA JANJI DAN KAMPANYENYA apalagi dibarengi dengan “ EPENG INGOT INGOT” (uang sbg Ingat ingat an ) , tetapi karena melihat PRESTASINYA dalam bekerja dan Kepribadiannya (Personality) yang selama ini dibuktikannya.

 

Jika seseorang Pemimpin memiliki “ Nafsu Birahi Kekuasaan” dalam dirinya, maka nafsu tersebut bukan saja akan merusak dirinya secara Pribadi , akan tetapi juga akan meningkat menjadi “ Nafsu Birahi Binatang” yang lebih berbahaya yaitu “ Menjerumuskan Rakyatnya kepada Nafsu LIBERALISME , MILITERISME , DIKTATORISME , PERMISSIVISME ( Serba Boleh ) dsb.

 

Sikap tidak memilki Nafsu Kekuasaan itu , artinya TIDAK RAKUS ( GREEDY ) dengan kehidupan Duniawi semata, inilah merupakan Kunci KEPEMIMPINAN DALAM ISLAM , serta yang terakhir tak kalah pentingnya adalah adanya RESPONSIBILITY ( Tanggung Jawab Yang Penuh ) atas orang orang yang Dipimpinnya.

 

Reporter #( M.SN)#